Teori Dinamika Holistik Abraham Harold Maslow
Lahir
di Manhattan, New York, Amerika Serikat pada 1 April 1908, anak sulung dari 7
bersaudara dari pasangan Samuel Maslow dan Rose Schilosky Maslow. Masa kecilnya
di Brooklyn tidak bahagia, rendah diri, depresi, dan pemalu. Ayahnya jarang di
rumah karena bekerja sebagai pengepak barang di kontainer pelabuhan. Ayah
Maslow adalah seorang imigran Rusia berdarah Yahudi. Maslow sangat membenci
ibunya, bahkan sampai ibunya meninggal ia membuat suatu catatan harian yang
isinya menuangkan kebencian pada ibunya. Hal pertama yang membuat Maslow
membenci ibunya adalah ketika Maslow berusia 9-10 tahun, Maslow menemukan dua
anak kucing tergeletak di jalan. Terdorong oleh belas kasihan, maka Ia membawa
kedua anak kucing malang tersebut ke rumah dan memberinya susu. Ketika ibunya
melihat hal ini, ibunya marah, dan dengan mata kepala sendiri Maslow
menyaksikan ibunya membanting kedua anak kucing malang tadi dengan kepala
membentur lantai sehingga kedua anak kucing itu mati seketika (Edward Hoffman,
1988).
Sedari kecil
Maslow sangat membenci konsep omong kosong agama yang diajarkan ibunya. Maslow
kecil sangat menjunjung tinggi hal-hal yang berbau ilmiah sesuai hobinya
bereksperimen. Semenjak masa remajanya, Maslow sudah berkomitmen untuk menjadi
Atheis. Maslow menghadapi masa-masa anti-semit yahudi di Amerika. Sering untuk
membaca buku di perpustakaan, Ia harus mengambil jalan memutar yang lebih jauh
untuk menghindari geng-geng anti yahudi. Ia lulus dari SMA Brooklyn dengan
nilai yang pas-pasan. Selepas SMA Maslow melanjutkan ke City College New York
dalam bidang filsafat. Namun ia kemudian pindah ke Cornell University hanya
satu semester saja untuk kemudian pindah lagi ke University of Wisconsin dan
mendapatkan gelas sarjana muda filsafat disana. Tahun 1934 Maslow menerima
gelar doktor. Maslow mendapatkan skor 195 dalam tes IQ yang diadakan oleh E.L.
Thorndike. Tahun 1930-1940, Maslow menjalin relasi dengan psikolog Eropa yang
lari dari eksodus Nazi Hitler seperti Erich Fromm, Karen Horney, Max
Wertheimer, Alfred Adler, dan Kurt Goldstein.
Tahun 1938
Maslow melakukan riset antropologis di Suku Indian Kaki Hitam (Northern
Blackfoots Indians) di Alberta, Kanada. Maslow menikah dengan sepupunya Bertha,
dan mempunyai 2 orang anak perempuan. Pertengahan tahun 1940-an, kesehatannya
menurun. Tahun 1946, di usia 38 tahun, Maslow menderita penyakit misterius yang
memaksa ia pindah ke Pleasantan, California. Tahun 1951 Maslow menerima posisi
sebagai kepala jurusan psikologi di Brandeis University di Waltham,
Massachussetts. Terjadi pemberontakan mahasiswa pada tahun 1960-an dimana
mahasiswa menuntut fokusnya pengalaman daripada hal-hal ilmiah dalam metode
pengajarannya. Tahun 1967 Maslow terkena penyakit gangguan liver. 8 Juni 1970,
Maslow pingsan mendadak dan meninggal seketika itu juga karena penyakit liver
kronis yang dideritanya.
Mind-Map Teori Abraham Harold
Maslow
1. Konsep Maslow Tentang Motivasi. Ada 5 asumsi dalam teori Maslow:
1. Mengadopsi
pendekatan holistik terhadap motivasi yaitu seluruh orang, bukan satu bagian
atau fungsi tunggalnya saja, yang termotivasi.
2. Motivasinya
bersifat kompleks yaitu perilaku seseorang bisa muncul dari beberapa motif yang
terpisah. Contohnya hasrat untuk melakukan hubungan seks bisa dimotivasikan
bukan hanya kebutuhan genital, tetapi juga kebutuhan untuk mendominasi,
persahabatan, cinta, dan harga diri.
3. Manusia
termotivasi secara terus-menerus oleh satu kebutuhan yang lainnya. Ketika satu
kebutuhan terpenuhi, biasanya dia kehilangan daya motivasinya dan digantikan
oleh kebutuhan lain. Contohnya, saat lapar si A cari makan, tapi setelah
kenyang, si A mulai cari rokok.
4. Semua
orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama. Contoh,
di daerah A makanan pokoknya sagu, di daerah B makanan pokoknya ubi, walau
berbeda tapi keduanya merupakan sumber karbohidrat yang memberikan efek kenyang
bagi semua manusia.
5. Kebutuhan
dapat disusun dalam bentuk hirarki.
2. Hirarki Kebutuhan
Konsep Maslow
disini adalah bahwa kebutuhan di tingkat potensi yang rendah (primer) haruslah
dipenuhi dahulu, baru dapat naik menjadi kebutuhan yang lebih tinggi
(sekunder). Disebut juga Kebutuhan Konatif yang berarti penuh dengan daya juang
atau motivasi.
1. Kebutuhan fisiologis – Yakni kebutuhan
mencakup hal-hal primer / dasariah seperti bernafas, makan, minum, tempat
tinggal, seks, dan pakaian. Kebutuhan fisiologis harus dipenuhi terus-menerus
dan merupakan kebutuhan utama daripada segala kebutuhan.
2. Kebutuhan akan rasa aman – Yaitu rasa
aman fisik, stabilitas, perlindungan, bebas dari hal-hal yang mengancam dan
mencekam, tidak terjerat kasus atau hukum, dsb. Kebutuhan kedua ini tidak bisa
didapatkan secara total karena bergantung pula pada situasi dan lingkungan
seperti apabila ada perang, kerusuhan, atau bencana alam.
3. Kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki –
Yakni suatu dorongan untuk memperoleh cinta dari pasangan lain jenis, memperoleh
sahabat dan teman-teman, memperoleh keluarga yang perhatian atau tetangga yang
bersahabat dan saling melindungi. Kebutuhan ini adalah memberi dan menerima
cinta.
4. Kebutuhan untuk dihargai – Yakni
mencakup harga diri, martabat, pengakuan atas kompetensi pribadi, dan menjaga
nama baik / reputasi. Kebutuhan ini memberikan individu dorongan untuk
memperlihatkan kompetensi dan ketrampilannya dalam tatanan sosial.
5. Kebutuhan aktualisasi diri – Kebutuhan
yang sangat kompleks. Kebutuhan ini mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment),
merealisasikan semua keinginan pribadi, dan keinginan untuk dapat berkreasi
dengan hal-hal baru. Orang yang telah menguasai dirinya / mengaktualisasikan
dirinya mampu mempertahankan independensi dirinya walaupun tidak dihargai / ditolak
oleh masyarakat. Maslow membagi lagi kebutuhan aktualisasi diri ini dalam 3
haluan besar yaitu :
a)
Kebutuhan
Estetis : Identik dengan seseorang bertipe perfeksionis, menginginkan
keteraturan dan segala sesuatunya berjalan dengan baik. Menganggap segala kehidupan
adalah unsur-unsur estetika (seni). Tidak menyukai kekacauan, keburukan, dan
penyimpangan sosial.
b)
Kebutuhan
Kognitif : Yakni kebutuhan untuk ingin mendapatkan informasi dan
pengetahuan yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Identik dengan sifat-sifat
yang misterius, kreatifitas tinggi, pencarian kebenaran akan suatu hipotesa,
lebih mengutamakan sisi kebenaran yang mutlak. Kebutuhan ini apabila pada
waktunya tidak dapat dipenuhi akan menyebabkan patologi berupa rasa
skeptisisme, kenaifan, dan sinisme terhadap pengetahuan.
c)
Kebutuhan
Neurotik : Yakni kebutuhan yang bersifat non-produktif. Bersifat reaktif
akan segala sesuatu, kecemasan apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak sesuai
dengan impian semula, contoh: seorang yang pas-pasan merasa gagal untuk
menunjukkan performa terbaik karena kalah bersaing, maka ia akan berusaha
menjilat atasan agar atasan selalu memujinya dan menimbun kepercayaan padanya.
3. Love, Sex, and Self-Actualization
Konsep Maslow disini adalah, seseorang harus memenuhi dulu kebutuhan
untuk dicintai dan dimiliki, setelah itu barulah mereka sanggup memberi dan
menerima cinta yang benar dan tidak termotivasi oleh cinta cacat. Kebutuhan
cinta ini dipenuhi dalam hubungan seksualitas, namun Maslow menerangkan bahwa
hubungan seksualitas ini tidak menyimpang dari tujuan-tujuan mendapatkan rasa
cinta yang bertabrakan dengan B-Values (ada
15 B-Values yakni kebenaran, kebaikan, keindahan, ke-menyeluruh-an atau
transendensi dikotomi, kegairahan atau spontanitas, keunikan, kelengkapan,
kesempurnaan, penyelesaian, keadilan dan keteraturan, keefektifan atau
kesahajaan, totalitas atau kekayaan, kegigihan, humor, dan kemandirian).
Maslow percaya bahwa hubungan seks bukan sekedar pemuasan kebutuhan dasariah
manusia saja, namun juga merupakan kebutuhan untuk mencapai tingkatan rasa
cinta yang lebih mendalam. Umumnya, pribadi pengaktualisasi-diri menganggap
seks sebagai sesuatu yang misterius. Mereka menikmati seks tidak secara
menggebu, namun lebih menikmati seks dalam suatu percakapan intim ataupun
aktivitas humor.
4. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu
Maslow merupakan pendekatan humanistik dan holistik, dimana setiap ilmuwan
benar-benar harus memperhatikan siapa yang mereka amati dan topik apa yang
mereka teliti. Ada 3 konsep filsafat yang dikemukakan oleh Maslow yaitu :
·
De-sakralisasi.
Yaitu jenis ilmu yang tidak memiliki emosi, kesenangan, kekaguman, keheranan,
dan antusiasme (Hoffman, 1988), contohnya: para ilmuwan perbintangan yang hanya
meneliti bintang atau benda luar angkasa dan hanya melaporkannya dalam bentuk
angka, sementara mereka sendiri tidak mengagumi benda angkasa sebagai sebuah
misteri yang besar yang tidak bisa dijelaskan kebenarannya.
·
Re-sakralisasi.
Yaitu usaha untuk menghilangkan de-sakralisasi
·
Taoistik.
Konsep Maslow mengenai Taoistik yaitu manusia harus tumbuh tanpa campur tangan
prediksi-prediksi dan kontrol-kontrol yang sia-sia. Manusia harus mencapai
kesenangan hakiki yang mampu membawa mereka pada jalur aktualisasi-diri yang
benar bagi dirinya. Contoh : jika seorang milyuner memiliki anak yang ingi
menjadi sarjana pertanian, maka jangan dilarang karena bagi si anak menjadi
petani adalah upaya aktualisasi-dirinya.
5. Measurement of Self-Actualization
Everett L.
Shostrom (1947) mengembangkan alat tes bernama Personal Orientation Inventory
(POI) untuk mengukur nilai dan perilaku pribadi pengaktualisasian-diri.
Terdapat 150 pernyataan yang saling berlawanan, a versus b, contoh, pada soal
(a) “saya merasa nyaman dengan kegiatan kemping” (b) “saya merasa tidak nyaman
dengan kegiatan kemping”. POI memiliki 2 skala pengukuran yaitu skala
kompetensi waktu (untuk mengukur tingkat orientasi subjek saat ini) dan skala
dukungan (untuk mengukur apakah individu berorientasi pada diri sendiri atau
terhadap orang lain). Skor rendah bukan menunjukkan gejala patologi, namun
memberikan petunjuk tentang nilai aktualisasi-diri subjek.
Alvin Jones
dan Rick Crandall (1986) menciptakan Short Index of Self-Actualization (SISA).
Menggunakan pengukuran skala Likert (dari sangat setuju sampai sangat tidak
setuju). SISA mengambil 15 poin dari POI yang sekiranya memusatkan perhatian
pada aktualisasi-diri saja.
John Sumerlin
dan Charles Bundrick (1998) mengembangkan Brief Index of Self-Actualization
(BISA), mengandung 40 pernyataan dalam skala Likert. Pengukuran ini ingin
mengukur 4 garis besar tujuan aktualisasi-diri manusia yaitu; penggunaan
potensi diri, otonomi (kemandirian), keterbukaan, dan rasa nyaman dalam
kesendirian.
6. Kompleks Yunus (Jonah Complex)
Maslow (1970)
mengatakan, Kompleks Yunus adalah kecenderungan seseorang untuk takut menjadi
yang terbaik. Jika merunut pada Kitab Suci, hal ini seperti nabi Yunus yang
lari ke Tarsus karena takut melaksanakan perintah Tuhan untuk mempertobatkan
orang berdosa di Niniwe. Nabi Yunus takut menjadi yang terbaik di mata Tuhan
karena mempertobatkan Niniwe sama saja menyetor nyawa. Sama seperti Maslow, ia
mendapatkan IQ 195, namun ia adalah mahasiswa yang tergolong rata-rata. Apabila
seseorang dengan IQ sekian diminta untuk memberikan ceramah, maka ia akan merasa
bodoh dan tidak pantas.
Orang dengan
kompleks Yunus adalah orang yang mengagungkan keindahan masa kini. Sebagai
contoh, setiap orang pasti ingin menjadi besar seperti tokoh-tokoh pendahulu
seperti Abraham Lincoln, George Washington, atau Napoleon Bonaparte. Namun
apabila ia mulai membandingkan dirinya dengan tokoh-tokoh besar tersebut, maka
ia akan mengejek diri sendiri dengan berkata. “kenapa aku bisa berpikir bahwa
aku bisa melakukan hal-hal besar seperti mereka ini?”. Kompleks Yunus sangat
berbahaya karena dapat menurunkan intensitas kreativitas yang berujung pada
penghancuran aktualisasi-diri.
7. Gemeinschaftsgefühl (baca; gemenskafgefiuhel)
(Rasa Komunitas / Rasa Persatuan Dengan Seluruh Manusia)
Yakni,
pribadi-pribadi pengaktualisasi-diri memiliki sejenis perilaku yang suka
memberikan perhatian dan dukungan kepada orang lain. Walaupun mereka berada di
“tanah asing”, para pribadi pengaktualisasi-diri ini tidak pernah kesusahan
untuk menyamakan dirinya dengan semua orang lain, namun memiliki sebuah minat
sejati untuk membantu orang lain (orang asing diperlakukan seperti teman
sendiri). Maslow menyatakan, “pribadi Gemeinschaftsgefühl walaupun seringkali
dibuat marah dan kecewa, tetapi mereka terus merasakan persaudaraan mendasar
dengan orang tersebut. Gemeinschaftsgefühl muncul karena beberapa aspek yaitu :
·
Hubungan pribadi yang mendalam (profound
Interpersonal Relations). Kebutuhan untuk diasuh dan mengasuh orang lain,
berempati, dan peduli, sebagai bentuk aktualisasi diri yang mendasar.
·
Struktur karakter demokratis (the democratic
character structure). Tidak membeda-bedakan orang berdasarkan SARA, karena
pribadi pengaktualisasi-diri memiliki hasrat kebutuhan untuk belajar lebih
banyak dengan semua orang.
·
Memilahkan cara dan tujuan (discrimination
between means and ends). Yakni mengarahkan pandangan pada benar salahnya suatu
perilaku untuk mencapai suatu tujuan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
·
Kepekaan filosofis terhadap humor (philosophical
sense of humor). Pribadi pengaktualisasi-diri sangat tidak senang menjadikan
orang lain sebagai obyek humor, mereka lebih suka menjadikan dirinya sebagai
obyek humor. Membuat orang senang akan menjadikan pribadi pengaktualisasi-diri
mendapatkan banyak relasi tanpa menyinggung satu pihak pun.
·
Kreatif (creativeness). Para pribadi
pengaktualisasi-diri walaupun memiliki bakat yang minim, mereka tetap akan
membangkitkan hal-hal baru terkait prinsip kebenaran, keindahan, dan
unsur-unsur realitas kehidupan yang positif.
·
Perlawanan terhadap pembudayaan/Enkulturasi
(resistance to enculturation). Para pribadi pengaktualisasi-diri tidak
terkukung oleh adat istiadat budayanya, mereka selalu dapat beradaptasi dengan
budaya yang baru. Mereka bukanlah anti-sosial dan bukan orang yang kolot yang
selalu mengagungkan budayanya sendiri.
8. Urutan Terbalik Kebutuhan
Walau begitu,
Maslow juga memberikan teori mengenai pemenuhan kebutuhan terbalik, yakni suatu
penyimpangan yang gamblang terjadi agar kebutuhan lainnya yang dianggap penting
dapat teratasi dengan mengorbankan kebutuhan-kebutuhan dasariah. Namun
kebutuhan terbalik ini terjadi karena motivasi sadar manusia dan bukannya
motivasi dasariah dan batiniah manusia, contohnya: Anom diminta pak Spencer
untuk menyelesaikan tugas disertasinya. Maka sehari penuh Anom kebut untuk
menyelesaikan tugas tersebut tanpa makan, tanpa istirahat, dan bahkan tidak
berbicara dengan keluarganya. Bagi dia, mengerjakan tugas disertasi lebih
penting dan lebih utama daripada semua kebutuhan diatas. Ada 5 hal yang
mendasari teori ini :
·
Perilaku yang tidak termotivasi. Yakni beberapa
perilaku tidak disebabkan oleh kebutuhan, namun lebih kepada faktor-faktor lain
yang sudah terkondisikan. Contoh: adat budaya mengajarkan untuk tidak melakukan
hubungan seksual pada bulan-bulan tertentu, maka mau tidak mau hasrat seks
harus ditahan sampai jangka waktu yang ditentukan.
·
Perilaku ekspresif dan perilaku mengatasi
(expressive and coping behavior). Perilaku ekspresif bersifat bawah sadar dan
berlangsung secara alamiah, tidak memiliki tujuan atau maksud apapun selain
karena ekpresi pribadi, contohnya: si A tidak mau makan (lapar) karena baru
dimarahi bapaknya di muka umum (rasa malu). Perilaku mengatasi adalah perilaku
yang disadari dan diupayakan, dipelajari, dan dipengaruhi oleh faktor
eksternal. Perilaku ini mencakup upaya individu untuk mengatasi lingkungan
sekitar.
·
Deprivasi kebutuhan. Kurangnya pemenuhan
kebutuhan dan mulai mengarah pada hal-hal patologi, menghasilkan Metapologi
yaitu hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, kurangnya pemenuhan, dan kehilangan
makna hidup, contoh: karena si A tidak lulus, maka selama sebulan ia mengurung
diri di kamar dan tidak bertutur kata bahkan kepada keluarganya.
·
Sifat dasar insting kebutuhan. Yaitu
karakteristik tertentu yang selalu tetap meskipun perilakunya bisa diubah lewat
proses pembelajaran. Kebutuhan insting ini bersifat memaksa dan pemuasannya
akan mengarah pada kesehatan patologis, kebutuhan ini sangat spesifik bagi
manusia. Kebutuhan ini dapat dibentuk, dihambat, atau diubah lewat pengaruh
lingkungan. Contoh: seorang bangsawan naksir berat pada gadis rakyat jelata,
tapi demi pretise kastanya (kebutuhan harga diri) maka ia bersikap angkuh pada
si gadis (mengorbankan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai).
·
Perbandingan kebutuhan tinggi dan rendah. Yakni
kebutuhan yang digantikan dengan kebutuhan selanjutnya, namun tidak
menghilangkan kebutuhannya yang utama untuk dipenuhi. Contoh: si A lapar berat,
namun ia hanya punya uang Rp. 5.000 untuk ongkos ke kampus. Maka ia merelakan
Rp. 5.000 tadi untuk ongkos transport, setelah sampai di kampus, ia berusaha
meminta makanan ke temannya.
9. Kriteria Bagi Aktualisasi-Diri (Maslow, 1970)
1. Bebas
dari unsur psikopatologis
2. Senantiasa
bergerak maju melewati hirarki kebutuhan
3. Memegang
erat B-Values (Being-Values), ada 15 B-Values yakni kebenaran, kebaikan,
keindahan, ke-menyeluruh-an atau transendensi dikotomi, kegairahan atau
spontanitas, keunikan, kelengkapan, kesempurnaan, penyelesaian, keadilan dan
keteraturan, keefektifan atau kesahajaan, totalitas atau kekayaan, kegigihan,
humor, dan kemandirian.
4. Pengeksploitasian
diri sepenuhnya (talenta, potensi, kapasitas diri)
10. Ciri-ciri pribadi aktualisasi-diri
1. lebih
efisien terhadap realitas. Yakni pribadi aktualiasi-diri yang tidak menyukai
hal-hal berlebihan, lebih cenderung memperhatikan nilai-nilai ketegasan. Mereka
lebih memilih tidak tahu daripada harus tahu namun ternyata tidak pasti.
Contoh: kata si A pada si B, kalau mau diperhatikan dosen harus mengutamakan
kepintaran, namun bagi si B, jika mau diperhatikan dosen maka perilaku dan tata
krama yang harus diutamakan.
2. Menerima
diri sendiri, orang lain, dan alam sekitar. Yakni pribadi yang menerima segala
segala kebaikan dan kelemahan orang lain dan mencari kelemahan orang bukan
untuk mengeksploitasi atau memerintah. Menghindari kepura-puraan dan menjunjung
tinggi kejujuran.
3. Spontan,
efektif, dan alamiah. Yaitu pribadi yang tidak aneh-aneh, selalu bersifat
alamiah. Kadangkala etis, kadang juga tidak etis. Tidak takut malu untuk
mengungkapkan emosi pribadi. Contoh: mengatakan “tidak” jika hal itu tidak
berkenan baginya, walaupun akibatnya tidak menyenangkan untuk lingkungan – si A
diajak dugem oleh si B yang merupakan sahabatnya, namun si A menolak dengan
alasan dugem itu “perbuatan maksiat”. Si A tidak peduli apakah dibenci si B
atau tidak.
4. Fokus
pada masalah. Yakni ketertarikan pada
persoalan-persoalan diluar diri mereka. Mereka menganggap bahwa masalah diluar
dirinya juga dapat mempengaruhi masalah bagi dirinya sendiri. Hal ini membuat
pribadi aktualisasi-diri mampu membedakan masalah yang penting atau tidak
penting dalam hidupnya. Contoh: si A terlibat dalam penyelesaian masalah antara
si B dan si C karena keduanya merupakan sahabatnya.
5. Kebutuhan
akan privasi. Yakni pribadi aktualisasi-diri yang memiliki kualitas pemisahan diri
yang memampukan mereka menyendiri tanpa sendirian. Mereka dapat menemukan
kesenangan dalam keheningan dan privasi, namun tidak mengurangi kebutuhan untuk
dicintai dan diperhatikan oleh lingkungan sekitarnya.
6. Kemandirian.
Yakni pribadi aktualisasi diri yang mandiri dan bergantung pada diri sendiri
dalam pertumbuhannya meskipun untuk sejumlah waktu di masa lalu, mereka harus
menerima cinta dan rasa aman dari orang lain.
7. Apresiasi
yang berkesinambungan. Maslow (1970) mengatakan bahwa “pribadi pengaktualisasian-diri
memiliki kapasitas menakjubkan untuk mengapresiasi sesuatu lagi dan lagi, penuh
kesegaran dan kemurnian, kebaikan dasar kehidupan, dengan ketakjuban,
kesenangan, keheranan, bahkan ekstasi”.
Daftar Pustaka
Feist
Jess, Feist Gregory J. 2008. Theories of
Personality – Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boeree, C.G. 2008. Personality
Theories
– Melacak Kepribadian Anda bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Prismasophie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar