Rabu, 05 November 2014

Teori Dinamika Holistik Abraham Maslow

Teori Dinamika Holistik Abraham Harold Maslow

Maslow1.jpgLahir di Manhattan, New York, Amerika Serikat pada 1 April 1908, anak sulung dari 7 bersaudara dari pasangan Samuel Maslow dan Rose Schilosky Maslow. Masa kecilnya di Brooklyn tidak bahagia, rendah diri, depresi, dan pemalu. Ayahnya jarang di rumah karena bekerja sebagai pengepak barang di kontainer pelabuhan. Ayah Maslow adalah seorang imigran Rusia berdarah Yahudi. Maslow sangat membenci ibunya, bahkan sampai ibunya meninggal ia membuat suatu catatan harian yang isinya menuangkan kebencian pada ibunya. Hal pertama yang membuat Maslow membenci ibunya adalah ketika Maslow berusia 9-10 tahun, Maslow menemukan dua anak kucing tergeletak di jalan. Terdorong oleh belas kasihan, maka Ia membawa kedua anak kucing malang tersebut ke rumah dan memberinya susu. Ketika ibunya melihat hal ini, ibunya marah, dan dengan mata kepala sendiri Maslow menyaksikan ibunya membanting kedua anak kucing malang tadi dengan kepala membentur lantai sehingga kedua anak kucing itu mati seketika (Edward Hoffman, 1988).
Sedari kecil Maslow sangat membenci konsep omong kosong agama yang diajarkan ibunya. Maslow kecil sangat menjunjung tinggi hal-hal yang berbau ilmiah sesuai hobinya bereksperimen. Semenjak masa remajanya, Maslow sudah berkomitmen untuk menjadi Atheis. Maslow menghadapi masa-masa anti-semit yahudi di Amerika. Sering untuk membaca buku di perpustakaan, Ia harus mengambil jalan memutar yang lebih jauh untuk menghindari geng-geng anti yahudi. Ia lulus dari SMA Brooklyn dengan nilai yang pas-pasan. Selepas SMA Maslow melanjutkan ke City College New York dalam bidang filsafat. Namun ia kemudian pindah ke Cornell University hanya satu semester saja untuk kemudian pindah lagi ke University of Wisconsin dan mendapatkan gelas sarjana muda filsafat disana. Tahun 1934 Maslow menerima gelar doktor. Maslow mendapatkan skor 195 dalam tes IQ yang diadakan oleh E.L. Thorndike. Tahun 1930-1940, Maslow menjalin relasi dengan psikolog Eropa yang lari dari eksodus Nazi Hitler seperti Erich Fromm, Karen Horney, Max Wertheimer, Alfred Adler, dan Kurt Goldstein.
Tahun 1938 Maslow melakukan riset antropologis di Suku Indian Kaki Hitam (Northern Blackfoots Indians) di Alberta, Kanada. Maslow menikah dengan sepupunya Bertha, dan mempunyai 2 orang anak perempuan. Pertengahan tahun 1940-an, kesehatannya menurun. Tahun 1946, di usia 38 tahun, Maslow menderita penyakit misterius yang memaksa ia pindah ke Pleasantan, California. Tahun 1951 Maslow menerima posisi sebagai kepala jurusan psikologi di Brandeis University di Waltham, Massachussetts. Terjadi pemberontakan mahasiswa pada tahun 1960-an dimana mahasiswa menuntut fokusnya pengalaman daripada hal-hal ilmiah dalam metode pengajarannya. Tahun 1967 Maslow terkena penyakit gangguan liver. 8 Juni 1970, Maslow pingsan mendadak dan meninggal seketika itu juga karena penyakit liver kronis yang dideritanya.



Mind-Map Teori Abraham Harold Maslow
1. Konsep Maslow Tentang Motivasi. Ada 5 asumsi dalam teori Maslow:
1.       Mengadopsi pendekatan holistik terhadap motivasi yaitu seluruh orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja, yang termotivasi.
2.       Motivasinya bersifat kompleks yaitu perilaku seseorang bisa muncul dari beberapa motif yang terpisah. Contohnya hasrat untuk melakukan hubungan seks bisa dimotivasikan bukan hanya kebutuhan genital, tetapi juga kebutuhan untuk mendominasi, persahabatan, cinta, dan harga diri.
3.       Manusia termotivasi secara terus-menerus oleh satu kebutuhan yang lainnya. Ketika satu kebutuhan terpenuhi, biasanya dia kehilangan daya motivasinya dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, saat lapar si A cari makan, tapi setelah kenyang, si A mulai cari rokok.
4.       Semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama. Contoh, di daerah A makanan pokoknya sagu, di daerah B makanan pokoknya ubi, walau berbeda tapi keduanya merupakan sumber karbohidrat yang memberikan efek kenyang bagi semua manusia.
5.       Kebutuhan dapat disusun dalam bentuk hirarki.

2. Hirarki Kebutuhan
Konsep Maslow disini adalah bahwa kebutuhan di tingkat potensi yang rendah (primer) haruslah dipenuhi dahulu, baru dapat naik menjadi kebutuhan yang lebih tinggi (sekunder). Disebut juga Kebutuhan Konatif yang berarti penuh dengan daya juang atau motivasi.
maslow-pyramid.jpg
1.       Kebutuhan fisiologis – Yakni kebutuhan mencakup hal-hal primer / dasariah seperti bernafas, makan, minum, tempat tinggal, seks, dan pakaian. Kebutuhan fisiologis harus dipenuhi terus-menerus dan merupakan kebutuhan utama daripada segala kebutuhan.
2.       Kebutuhan akan rasa aman – Yaitu rasa aman fisik, stabilitas, perlindungan, bebas dari hal-hal yang mengancam dan mencekam, tidak terjerat kasus atau hukum, dsb. Kebutuhan kedua ini tidak bisa didapatkan secara total karena bergantung pula pada situasi dan lingkungan seperti apabila ada perang, kerusuhan, atau bencana alam.
3.       Kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki – Yakni suatu dorongan untuk memperoleh cinta dari pasangan lain jenis, memperoleh sahabat dan teman-teman, memperoleh keluarga yang perhatian atau tetangga yang bersahabat dan saling melindungi. Kebutuhan ini adalah memberi dan menerima cinta.
4.       Kebutuhan untuk dihargai – Yakni mencakup harga diri, martabat, pengakuan atas kompetensi pribadi, dan menjaga nama baik / reputasi. Kebutuhan ini memberikan individu dorongan untuk memperlihatkan kompetensi dan ketrampilannya dalam tatanan sosial.
5.       Kebutuhan aktualisasi diri – Kebutuhan yang sangat kompleks. Kebutuhan ini mencakup pemenuhan diri (self-fulfillment), merealisasikan semua keinginan pribadi, dan keinginan untuk dapat berkreasi dengan hal-hal baru. Orang yang telah menguasai dirinya / mengaktualisasikan dirinya mampu mempertahankan independensi dirinya walaupun tidak dihargai / ditolak oleh masyarakat. Maslow membagi lagi kebutuhan aktualisasi diri ini dalam 3 haluan besar yaitu :
a)      Kebutuhan Estetis : Identik dengan seseorang bertipe perfeksionis, menginginkan keteraturan dan segala sesuatunya berjalan dengan baik. Menganggap segala kehidupan adalah unsur-unsur estetika (seni). Tidak menyukai kekacauan, keburukan, dan penyimpangan sosial.
b)      Kebutuhan Kognitif : Yakni kebutuhan untuk ingin mendapatkan informasi dan pengetahuan yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Identik dengan sifat-sifat yang misterius, kreatifitas tinggi, pencarian kebenaran akan suatu hipotesa, lebih mengutamakan sisi kebenaran yang mutlak. Kebutuhan ini apabila pada waktunya tidak dapat dipenuhi akan menyebabkan patologi berupa rasa skeptisisme, kenaifan, dan sinisme terhadap pengetahuan.
c)       Kebutuhan Neurotik : Yakni kebutuhan yang bersifat non-produktif. Bersifat reaktif akan segala sesuatu, kecemasan apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak sesuai dengan impian semula, contoh: seorang yang pas-pasan merasa gagal untuk menunjukkan performa terbaik karena kalah bersaing, maka ia akan berusaha menjilat atasan agar atasan selalu memujinya dan menimbun kepercayaan padanya.
3. Love, Sex, and Self-Actualization
Konsep Maslow disini adalah, seseorang harus memenuhi dulu kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki, setelah itu barulah mereka sanggup memberi dan menerima cinta yang benar dan tidak termotivasi oleh cinta cacat. Kebutuhan cinta ini dipenuhi dalam hubungan seksualitas, namun Maslow menerangkan bahwa hubungan seksualitas ini tidak menyimpang dari tujuan-tujuan mendapatkan rasa cinta yang bertabrakan dengan B-Values (ada 15 B-Values yakni kebenaran, kebaikan, keindahan, ke-menyeluruh-an atau transendensi dikotomi, kegairahan atau spontanitas, keunikan, kelengkapan, kesempurnaan, penyelesaian, keadilan dan keteraturan, keefektifan atau kesahajaan, totalitas atau kekayaan, kegigihan, humor, dan kemandirian). Maslow percaya bahwa hubungan seks bukan sekedar pemuasan kebutuhan dasariah manusia saja, namun juga merupakan kebutuhan untuk mencapai tingkatan rasa cinta yang lebih mendalam. Umumnya, pribadi pengaktualisasi-diri menganggap seks sebagai sesuatu yang misterius. Mereka menikmati seks tidak secara menggebu, namun lebih menikmati seks dalam suatu percakapan intim ataupun aktivitas humor.
4. Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu Maslow merupakan pendekatan humanistik dan holistik, dimana setiap ilmuwan benar-benar harus memperhatikan siapa yang mereka amati dan topik apa yang mereka teliti. Ada 3 konsep filsafat yang dikemukakan oleh Maslow yaitu :
·         De-sakralisasi. Yaitu jenis ilmu yang tidak memiliki emosi, kesenangan, kekaguman, keheranan, dan antusiasme (Hoffman, 1988), contohnya: para ilmuwan perbintangan yang hanya meneliti bintang atau benda luar angkasa dan hanya melaporkannya dalam bentuk angka, sementara mereka sendiri tidak mengagumi benda angkasa sebagai sebuah misteri yang besar yang tidak bisa dijelaskan kebenarannya.
·         Re-sakralisasi. Yaitu usaha untuk menghilangkan de-sakralisasi
·         Taoistik. Konsep Maslow mengenai Taoistik yaitu manusia harus tumbuh tanpa campur tangan prediksi-prediksi dan kontrol-kontrol yang sia-sia. Manusia harus mencapai kesenangan hakiki yang mampu membawa mereka pada jalur aktualisasi-diri yang benar bagi dirinya. Contoh : jika seorang milyuner memiliki anak yang ingi menjadi sarjana pertanian, maka jangan dilarang karena bagi si anak menjadi petani adalah upaya aktualisasi-dirinya.
5. Measurement of Self-Actualization
Everett L. Shostrom (1947) mengembangkan alat tes bernama Personal Orientation Inventory (POI) untuk mengukur nilai dan perilaku pribadi pengaktualisasian-diri. Terdapat 150 pernyataan yang saling berlawanan, a versus b, contoh, pada soal (a) “saya merasa nyaman dengan kegiatan kemping” (b) “saya merasa tidak nyaman dengan kegiatan kemping”. POI memiliki 2 skala pengukuran yaitu skala kompetensi waktu (untuk mengukur tingkat orientasi subjek saat ini) dan skala dukungan (untuk mengukur apakah individu berorientasi pada diri sendiri atau terhadap orang lain). Skor rendah bukan menunjukkan gejala patologi, namun memberikan petunjuk tentang nilai aktualisasi-diri subjek.
Alvin Jones dan Rick Crandall (1986) menciptakan Short Index of Self-Actualization (SISA). Menggunakan pengukuran skala Likert (dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju). SISA mengambil 15 poin dari POI yang sekiranya memusatkan perhatian pada aktualisasi-diri saja.
John Sumerlin dan Charles Bundrick (1998) mengembangkan Brief Index of Self-Actualization (BISA), mengandung 40 pernyataan dalam skala Likert. Pengukuran ini ingin mengukur 4 garis besar tujuan aktualisasi-diri manusia yaitu; penggunaan potensi diri, otonomi (kemandirian), keterbukaan, dan rasa nyaman dalam kesendirian.
6. Kompleks Yunus (Jonah Complex)
Maslow (1970) mengatakan, Kompleks Yunus adalah kecenderungan seseorang untuk takut menjadi yang terbaik. Jika merunut pada Kitab Suci, hal ini seperti nabi Yunus yang lari ke Tarsus karena takut melaksanakan perintah Tuhan untuk mempertobatkan orang berdosa di Niniwe. Nabi Yunus takut menjadi yang terbaik di mata Tuhan karena mempertobatkan Niniwe sama saja menyetor nyawa. Sama seperti Maslow, ia mendapatkan IQ 195, namun ia adalah mahasiswa yang tergolong rata-rata. Apabila seseorang dengan IQ sekian diminta untuk memberikan ceramah, maka ia akan merasa bodoh dan tidak pantas.
Orang dengan kompleks Yunus adalah orang yang mengagungkan keindahan masa kini. Sebagai contoh, setiap orang pasti ingin menjadi besar seperti tokoh-tokoh pendahulu seperti Abraham Lincoln, George Washington, atau Napoleon Bonaparte. Namun apabila ia mulai membandingkan dirinya dengan tokoh-tokoh besar tersebut, maka ia akan mengejek diri sendiri dengan berkata. “kenapa aku bisa berpikir bahwa aku bisa melakukan hal-hal besar seperti mereka ini?”. Kompleks Yunus sangat berbahaya karena dapat menurunkan intensitas kreativitas yang berujung pada penghancuran aktualisasi-diri.
7. Gemeinschaftsgefühl (baca; gemenskafgefiuhel)
(Rasa Komunitas / Rasa Persatuan Dengan Seluruh Manusia)
Yakni, pribadi-pribadi pengaktualisasi-diri memiliki sejenis perilaku yang suka memberikan perhatian dan dukungan kepada orang lain. Walaupun mereka berada di “tanah asing”, para pribadi pengaktualisasi-diri ini tidak pernah kesusahan untuk menyamakan dirinya dengan semua orang lain, namun memiliki sebuah minat sejati untuk membantu orang lain (orang asing diperlakukan seperti teman sendiri). Maslow menyatakan, “pribadi Gemeinschaftsgefühl walaupun seringkali dibuat marah dan kecewa, tetapi mereka terus merasakan persaudaraan mendasar dengan orang tersebut. Gemeinschaftsgefühl muncul karena beberapa aspek yaitu :
·         Hubungan pribadi yang mendalam (profound Interpersonal Relations). Kebutuhan untuk diasuh dan mengasuh orang lain, berempati, dan peduli, sebagai bentuk aktualisasi diri yang mendasar.
·         Struktur karakter demokratis (the democratic character structure). Tidak membeda-bedakan orang berdasarkan SARA, karena pribadi pengaktualisasi-diri memiliki hasrat kebutuhan untuk belajar lebih banyak dengan semua orang.
·         Memilahkan cara dan tujuan (discrimination between means and ends). Yakni mengarahkan pandangan pada benar salahnya suatu perilaku untuk mencapai suatu tujuan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri.
·         Kepekaan filosofis terhadap humor (philosophical sense of humor). Pribadi pengaktualisasi-diri sangat tidak senang menjadikan orang lain sebagai obyek humor, mereka lebih suka menjadikan dirinya sebagai obyek humor. Membuat orang senang akan menjadikan pribadi pengaktualisasi-diri mendapatkan banyak relasi tanpa menyinggung satu pihak pun.
·         Kreatif (creativeness). Para pribadi pengaktualisasi-diri walaupun memiliki bakat yang minim, mereka tetap akan membangkitkan hal-hal baru terkait prinsip kebenaran, keindahan, dan unsur-unsur realitas kehidupan yang positif.
·         Perlawanan terhadap pembudayaan/Enkulturasi (resistance to enculturation). Para pribadi pengaktualisasi-diri tidak terkukung oleh adat istiadat budayanya, mereka selalu dapat beradaptasi dengan budaya yang baru. Mereka bukanlah anti-sosial dan bukan orang yang kolot yang selalu mengagungkan budayanya sendiri.
8. Urutan Terbalik Kebutuhan
Walau begitu, Maslow juga memberikan teori mengenai pemenuhan kebutuhan terbalik, yakni suatu penyimpangan yang gamblang terjadi agar kebutuhan lainnya yang dianggap penting dapat teratasi dengan mengorbankan kebutuhan-kebutuhan dasariah. Namun kebutuhan terbalik ini terjadi karena motivasi sadar manusia dan bukannya motivasi dasariah dan batiniah manusia, contohnya: Anom diminta pak Spencer untuk menyelesaikan tugas disertasinya. Maka sehari penuh Anom kebut untuk menyelesaikan tugas tersebut tanpa makan, tanpa istirahat, dan bahkan tidak berbicara dengan keluarganya. Bagi dia, mengerjakan tugas disertasi lebih penting dan lebih utama daripada semua kebutuhan diatas. Ada 5 hal yang mendasari teori ini :
·         Perilaku yang tidak termotivasi. Yakni beberapa perilaku tidak disebabkan oleh kebutuhan, namun lebih kepada faktor-faktor lain yang sudah terkondisikan. Contoh: adat budaya mengajarkan untuk tidak melakukan hubungan seksual pada bulan-bulan tertentu, maka mau tidak mau hasrat seks harus ditahan sampai jangka waktu yang ditentukan.
·         Perilaku ekspresif dan perilaku mengatasi (expressive and coping behavior). Perilaku ekspresif bersifat bawah sadar dan berlangsung secara alamiah, tidak memiliki tujuan atau maksud apapun selain karena ekpresi pribadi, contohnya: si A tidak mau makan (lapar) karena baru dimarahi bapaknya di muka umum (rasa malu). Perilaku mengatasi adalah perilaku yang disadari dan diupayakan, dipelajari, dan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Perilaku ini mencakup upaya individu untuk mengatasi lingkungan sekitar.
·         Deprivasi kebutuhan. Kurangnya pemenuhan kebutuhan dan mulai mengarah pada hal-hal patologi, menghasilkan Metapologi yaitu hilangnya nilai-nilai kemanusiaan, kurangnya pemenuhan, dan kehilangan makna hidup, contoh: karena si A tidak lulus, maka selama sebulan ia mengurung diri di kamar dan tidak bertutur kata bahkan kepada keluarganya.
·         Sifat dasar insting kebutuhan. Yaitu karakteristik tertentu yang selalu tetap meskipun perilakunya bisa diubah lewat proses pembelajaran. Kebutuhan insting ini bersifat memaksa dan pemuasannya akan mengarah pada kesehatan patologis, kebutuhan ini sangat spesifik bagi manusia. Kebutuhan ini dapat dibentuk, dihambat, atau diubah lewat pengaruh lingkungan. Contoh: seorang bangsawan naksir berat pada gadis rakyat jelata, tapi demi pretise kastanya (kebutuhan harga diri) maka ia bersikap angkuh pada si gadis (mengorbankan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai).
·         Perbandingan kebutuhan tinggi dan rendah. Yakni kebutuhan yang digantikan dengan kebutuhan selanjutnya, namun tidak menghilangkan kebutuhannya yang utama untuk dipenuhi. Contoh: si A lapar berat, namun ia hanya punya uang Rp. 5.000 untuk ongkos ke kampus. Maka ia merelakan Rp. 5.000 tadi untuk ongkos transport, setelah sampai di kampus, ia berusaha meminta makanan ke temannya.
9. Kriteria Bagi Aktualisasi-Diri (Maslow, 1970)
1.       Bebas dari unsur psikopatologis
2.       Senantiasa bergerak maju melewati hirarki kebutuhan
3.       Memegang erat B-Values (Being-Values), ada 15 B-Values yakni kebenaran, kebaikan, keindahan, ke-menyeluruh-an atau transendensi dikotomi, kegairahan atau spontanitas, keunikan, kelengkapan, kesempurnaan, penyelesaian, keadilan dan keteraturan, keefektifan atau kesahajaan, totalitas atau kekayaan, kegigihan, humor, dan kemandirian.
4.       Pengeksploitasian diri sepenuhnya (talenta, potensi, kapasitas diri)
10. Ciri-ciri pribadi aktualisasi-diri
1.       lebih efisien terhadap realitas. Yakni pribadi aktualiasi-diri yang tidak menyukai hal-hal berlebihan, lebih cenderung memperhatikan nilai-nilai ketegasan. Mereka lebih memilih tidak tahu daripada harus tahu namun ternyata tidak pasti. Contoh: kata si A pada si B, kalau mau diperhatikan dosen harus mengutamakan kepintaran, namun bagi si B, jika mau diperhatikan dosen maka perilaku dan tata krama yang harus diutamakan.
2.       Menerima diri sendiri, orang lain, dan alam sekitar. Yakni pribadi yang menerima segala segala kebaikan dan kelemahan orang lain dan mencari kelemahan orang bukan untuk mengeksploitasi atau memerintah. Menghindari kepura-puraan dan menjunjung tinggi kejujuran.
3.       Spontan, efektif, dan alamiah. Yaitu pribadi yang tidak aneh-aneh, selalu bersifat alamiah. Kadangkala etis, kadang juga tidak etis. Tidak takut malu untuk mengungkapkan emosi pribadi. Contoh: mengatakan “tidak” jika hal itu tidak berkenan baginya, walaupun akibatnya tidak menyenangkan untuk lingkungan – si A diajak dugem oleh si B yang merupakan sahabatnya, namun si A menolak dengan alasan dugem itu “perbuatan maksiat”. Si A tidak peduli apakah dibenci si B atau tidak.
4.       Fokus pada masalah. Yakni ketertarikan  pada persoalan-persoalan diluar diri mereka. Mereka menganggap bahwa masalah diluar dirinya juga dapat mempengaruhi masalah bagi dirinya sendiri. Hal ini membuat pribadi aktualisasi-diri mampu membedakan masalah yang penting atau tidak penting dalam hidupnya. Contoh: si A terlibat dalam penyelesaian masalah antara si B dan si C karena keduanya merupakan sahabatnya.
5.       Kebutuhan akan privasi. Yakni pribadi aktualisasi-diri yang memiliki kualitas pemisahan diri yang memampukan mereka menyendiri tanpa sendirian. Mereka dapat menemukan kesenangan dalam keheningan dan privasi, namun tidak mengurangi kebutuhan untuk dicintai dan diperhatikan oleh lingkungan sekitarnya.
6.       Kemandirian. Yakni pribadi aktualisasi diri yang mandiri dan bergantung pada diri sendiri dalam pertumbuhannya meskipun untuk sejumlah waktu di masa lalu, mereka harus menerima cinta dan rasa aman dari orang lain.
7.       Apresiasi yang berkesinambungan. Maslow (1970) mengatakan bahwa “pribadi pengaktualisasian-diri memiliki kapasitas menakjubkan untuk mengapresiasi sesuatu lagi dan lagi, penuh kesegaran dan kemurnian, kebaikan dasar kehidupan, dengan ketakjuban, kesenangan, keheranan, bahkan ekstasi”.

Daftar Pustaka
Feist Jess, Feist Gregory J. 2008. Theories of Personality – Edisi keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boeree, C.G. 2008. Personality Theories – Melacak Kepribadian Anda bersama Psikolog Dunia. Yogyakarta: Prismasophie.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya