Sinopsis
Film “A Christmas Carol”
Kisah
bermula pada tahun 1836 di London-Inggris. Ebenezer Scrooge, seorang bisnisman
kaya raya yang sudah tua renta, berusia sekitar 70 tahun keatas, harus
menghadapi kenyataan bahwa rekan bisnisnya, Jacob Marley, meninggal dunia.
Jacob Marley meninggalkan Scrooge tepat pada saat malam Natal. Scrooge mengurus
pemakaman rekan bisnisnya itu dengan berat hati karena ia harus mengeluarkan
biaya untuk membuat peti dan mengurus sertifikat kematian Marley. Scrooge
adalah seorang tua renta namun sangat kaya raya. Bisnisnya sangat maju dan
berkembang di London. Namun Scrooge adalah seorang yang dingin, anti-sosial,
kikir, pesimistis, dan mengalami kecemasan, takut akan kemiskinan. Scrooge
selalu merasa cemas, takut kalau-kalau hartanya akan dicuri. Scrooge bahkan
membuat kunci kantornya hingga berlapis tiga dan selalu memastikan bahwa ketiga
kunci itu semua sudah terkunci rapat. Scrooge juga seorang yang kikir, ia tidak
mau bersedekah/beramal karena ingin mengamankan hartanya dari hal-hal yang
tidak berhubungan dengan kebutuhan pribadinya. Ia juga seorang rentenir yang
selalu mengejar-ngejar kreditor. Ia tidak pernah bersosialisasi dengan
tetangganya dan rumahnya pun terkesan angker, ia pun juga menerapkan diet demi
menghemat pengeluaran. Singkat kata, Ebenezer Scrooge adalah ‘mimpi buruk’ bagi
tiap orang yang pernah mengenalnya.
Cerita berlanjut
pada suasana London 7 tahun kemudian. Scrooge sedang bekerja hingga larut malam
di kantor kerjanya, menghitung laba bersama dengan pegawainya, Bob Cratchit.
Malam itu adalah malam Natal, cuaca sangat dingin karena bersalju sehingga
membuat Bob kedinginan. Bob ingin menyalakan penghangat tapi takut pada tatapan
Scrooge yang terus mengawasinya bekerja. Tiba-tiba ponakan Scrooge, George
Fred, datang, menyapa Scrooge dan ingin mengajak pamannya tersebut makan malam
di rumahnya saat hari Natal besok. Namun, Scrooge dengan kasar dan sinis
menolak permintaan ponakannya tersebut. Scrooge mengatakan bahwa hari Natal itu
adalah omong kosong dan orang yang merayakan Natal adalah pembual besar yang
memboroskan uang. Fred mengeluhkan sikap pamannya yang sangat dingin dan tidak
bersahabat itu. Scrooge malah balik mengatakan bahwa Fred adalah orang miskin
yang tidak akan pernah bisa menjadi kaya seperti dirinya. Scrooge mengatakan
pada Fred bahwa jatuh cinta, rasa sayang, hidup dermawan, dan pernikahan itu
adalah omong kosong. Fred yang merasa dihina dan disindir pamannya sendiri,
pergi dari kantor Scrooge dengan hati dongkol. Tak lama setelah kepergian Fred,
datanglah 2 orang dari badan amal Gereja meminta sumbangan kepada Scrooge bagi
para fakir miskin agar mereka dapat merayakan Natal dengan layak. Mereka ini
juga ditolak dan bahkan diusir oleh Scrooge dengan kata-kata yang menyindir dan
kasar. Scrooge mengatakan bahwa kemiskinan mereka karena ulah mereka sendiri
yang tidak tahu diri, miskin tapi mempunyai anak yang banyak dan membuat
populasi menjadi meledak.
Hari telah
larut, Scrooge akan menutup kantor. Ia meminta bob untuk tetap bekerja pada
hari Natal besok dan meminta Bob untuk datang lebih pagi. Bob berusaha memohon
pada Scrooge agar diberikan waktu untuk berlibur bersama keluarganya namun
ditolak oleh Scrooge dengan sinis. Scrooge pulang ke rumahnya yang megah. Saat
ia hendak membuka pintu rumahnya, ia melihat bayangan hijau yang menyerupai
wajah rekan bisnisnya yang telah meninggal, Jacob Marley, pada gagang pintu.
Scrooge menjadi kaget dan ketakutan, namun ia anggap itu hanyalah bualan
pikirannya saja. Scrooge masuk ke rumahnya, membuat coklat hangat, dan duduk di
depan perapian. Scrooge mulai memeriksa seluruh pintu dan jendelanya. Jika ada
yang terbuka akan langsung ia tutup. Saat Scrooge duduk dengan santai,
tiba-tiba lonceng di pintu kamarnya berdentang sendiri dan seolah-olah Scrooge
seperti mendengar bunyi lonceng yang besar di dalam kepalanya, berdentang keras
sekali. Ketika bunyi lonceng mereda, Scrooge melihat gagang pintu yang bergerak
dan tak lama kemudian, datanglah bayangan arwah Marley berwarna kehijau-hijauan,
menembus pintu dalam kondisi terikat rantai yang digembok pada beberapa buah kotak
besi pada tiap ujung rantainya. Bayangan hantu Marley ini diajak ngobrol oleh
Scrooge. Bayangan Marley ini mengatakan bahwa ia mati dengan tidak tenang
dikarenakan sikap Scrooge yang sangat kikir. Bayangan hantu Marley ini juga
meminta Scrooge untuk instropeksi diri dengan hidup beramal. Scrooge menerima
permintaan itu dengan setengah hati. Hantu Marley yang mengetahui kemunafikan
Scrooge ini mengatakan bahwa Scrooge akan dihantui oleh 3 bayangan hantu lagi. Saat
bayangan hantu Marley pergi, Scrooge melihat bayangan-bayangan aneh diluar
jendela seperti orang yang memukulkan kepalanya pada lemari besi dan orang yang
dirantai pada sebuah balok besar dan dipukul-pukul palu.
Scrooge
yang ketakutan naik ke tempat tidurnya. Namun tak lama, tirai tempat tidurnya
terbuka dan ia melihat sesosok bayangan hantu di hadapannya berwujud lilin
besar dengan api sebagai kepalanya. Bayangan hantu lilin ini juga diajaknya
mengobrol. Bayangan lilin ini mengajak Scrooge untuk pergi melintasi masa
lalunya dengan terbang melayang. Scrooge diajak menuju desa kelahirannya semasa
kecil. Disini Scrooge menangis saat melihat teman-teman masa kecilnya namun ia
tidak mau mengakui pada bayangan lilin bahwa ia menangis. Lalu Scrooge diajak
menuju sekolahnya saat kecil. Disitu, Nampak bayangan Ebenezer Scrooge yang
masih kecil terlihat murung, menyendiri, dan kesepian dalam suasana kelas yang
sepi. Disini, Scrooge kecil sedang mendendangkan lagu Natal dengan tatapan mata
yang kosong keluar jendela. Saat kecil, Scrooge menceritakan pada hantu
bayangan lilin bahwa ia adalah anak yang pemalu dan tertutup, jarang bergaul, dan
jarang diperhatikan oleh orangtuanya. Setting tempat seketika berubah, yaitu
Scrooge yang telah beranjak remaja dan sedang berbicara dengan teman
perempuannya yang akan pulang kampung saat liburan Natal. Scrooge muda saat itu
larut dalam kegembiraan teman perempuannya itu dan memeluknya.
Bayangan
hantu lilin kemudian mengajak Scrooge untuk pergi kepada masa lalunya yang lain
yaitu saat ia telah beranjak menjadi dewasa. Saat itu, Scrooge mulai mengenal
cinta dan ia jatuh cinta pada seorang wanita bernama Belle yang diajaknya
berdansa dalam sebuah pesta malam Natal yang meriah oleh bosnya, Fezziwig.
Scrooge tersenyum saat melihat bayangannya yang sedang berdansa dengan wanita
pujaannya itu. Tak lama, setting bayangan di depannya berubah. Kali ini
bertempat di ruang kerja Scrooge, tepat pada saat malam Natal juga. Disini,
Scrooge meyaksikan saat ia yang masih muda, bertengkar dengan Belle. Belle
mengeluhkan sikap Scrooge yang terlalu memikirkan bisnis, karir, dan harta
kekayaan ketimbang memikirkan dirinya. Scrooge yang saat itu telah beranjak
dewasa malah balik memarahi Belle, menggebrak meja dengan kasar, dan mengatakan
bahwa itu adalah hal yang wajar dimana seorang pria mengejar kesuksesan untuk
terhindar dari kemiskinan. Belle pun meminta Scrooge untuk memilih, dirinya
atau karir dan ternyata Scrooge lebih memilih karirnya. Belle yang sedih dan
menangis meninggalkan ruang kerja Scrooge, meninggalkan Scrooge muda yang
terpaku sendiri.
Scrooge
yang tidak tahan melihat masa lalunya ini meminta hantu lilin untuk membawanya
pergi dari tempat itu, tapi hantu lilin menolak dan malah memperlihatkan
berbagai macam wajah-wajah orang yang pernah ada dalam kehidupan Scrooge.
Scrooge yang marah lalu berusaha memadamkan hantu lilin. Scrooge merasa puas,
namun ia justru malah terlempar ke udara dan jatuh kembali ke kamar tidurnya.
Scrooge yang setengah kesakitan mendengar suara tawa pria yang sangat berat dan
melihat pintu kamarnya yang bercahaya dari luar. Pintu itu terbuka dan meminta
Scrooge untuk masuk kedalamnya. Scrooge pun masuk dan melihat ruangan yang
sangat indah, bercahaya kelap-kelip dengan berbagai macam ornamen Natal dan
kado-kado Natal yang menumpuk hingga menjulang tinggi. Scrooge melihat sesosok manusia
seorang laki-laki tambun, berkumis, memakai jubah berbulu yang indah, membawa
obor, dan berjenggot lebat, sedang duduk diatas kado-kado Natal. Bayangan ini
memperkenalkan diri sebagai hantu kado Natal. Ia menanyai Scrooge, apakah
Scrooge pernah bertemu dengan keluarganya di London yang berjumlah 1.842 orang.
Scrooge menjawab tidak pernah. Scrooge
tidak menangkap maksud dari hantu ini, bahwa saudaranya yang sejumlah 1.842 itu
adalah para fakir miskin yang tersebar di London. Scrooge bertanya kepada
bayangan hantu tadi kenapa memakai sarung pedang tapi tidak ada pedangnya.
Bayangan hantu ini menjawab bahwa itu sebagai simbol perdamaian bagi semua
manusia di muka bumi, pesan dari hari Natal. Bayangan hantu ini meminta Scrooge
untuk memegang tali jubahnya, menghembuskan percikan api dari obornya ke lantai
sehingga lantai tampak seperti berlubang dan melayang-layang di atas kota
London. Bayangan hantu ini mengajak Scrooge jalan-jalan menyusuri seluruh sudut
kota London, Scrooge sangat senang dan terpana dengan keindahan kota London
dari atas angkasa. Scrooge diajak menuju tempat pembuatan roti, disitu Scrooge
melihat para fakir miskin sedang mengantri untuk membeli roti. Bayangan hantu
tadi lalu mejelaskan bahwa banyak sekali orang-orang kaya yang munafik dan
menolong sesama mereka hanya supaya nama mereka terkenal serta mendapat
sanjungan, bukan dari lubuk hatinya.
Bayangan
hantu ini lantas membawa Scrooge menuju rumah pegawainya, Bob Cratchit yang
sederhana, miskin, namun bahagia. Anak Bob, Timmy adalah anak bungsunya yang
cacat namun sangat disayang oleh Bob. Keluarga sederhana yang bahagia ini
kemudia makan malam bersama dalam kehangatan suasanan malam Natal. Ada adegan
dimana saat Bob akan bersulang untuk Mr. Scrooge, istrinya malah memarahi dia
dan mengatakan bahwa Scrooge adalah pria tidak berperasaan. Bob menegur
istrinya dan membela nama Scrooge dengan mengatakan bahwa sebenarnya Mr.
Scrooge adalah orang yang baik, hanya saja Tuhan belum menjamahnya. Scrooge
yang menyaksikan hal ini hanya terdiam termangu dan malu. Tak lama setting pun
berubah, kali ini di rumah keponakannya, George Fred. Fred yang menciptakan
joke ringan seputar kehidupan Scrooge membuat tebakan yang lucu mengenai
Scrooge. Disini, teman-teman Fred merasa jengkel dengan ulah pamannya itu,
namun justru Fred membela pamannya dan mengajak teman-temannya untuk bersulang
bagi pamannya, Ebenezer Scrooge. Bayangan hantu kado natal ini lantas membawa
Scrooge dalam sebuah ruangan yang berisi alat-alat mekanik jam raksasa. Hantu
ini mengatakan bahwa ia tidak akan bertahan lama dan hanya hidup dalam satu
malam saja. Dari dalam jubah hantu ini ada dua orang anak miskin dekil yang
terlihat seperti ketakutan karena tersiksa oleh ‘pola pikir’ Scrooge mengenai
pandangannya terhadap orang miskin. Bayangan hantu ini kemudian mati seiring
dengan dentang lonceng dari jam raksasa tersebut, perlahan-lahan menjadi
tengkorak dan abunya tertiup angin, meninggalkan Scrooge seorang diri dalam
ruangan misterius itu.
Scrooge
yang sendiri melihat bayangannya di lantai tiba-tiba berubah menjadi bayangan
malaikat kematian berwujud tengkorak dan memakai jubah panjang. Bayangan
kematian ini lantas mendorong Scrooge sampai terjungkal jatuh ke lantai, hingga
lantai berlubang. Scrooge terjatuh pada anak tangga yang panjang dan curam. Di
dasar anak tangga ini, Scrooge melihat bayangan 3 orang laki-laki yang sedang
membicarakan tentang sebuah berita kematian seorang pria tua yang kaya raya dan
hidup seorang diri. Scrooge masih belum tahu siapakah orang yang dimaksud.
Scrooge lari ketakutan karena ia dikejar oleh bayangan hitam kematian yang
menaiki kereta kuda hantu. Scrooge juga dihantui oleh bayangan orang-orang kaya
yang meninggal dengan berfoya-foya dalam bentuk seperti zombie sedang minum
minuman beralkohol dan bersama perempuan-perempuan pelacur. Scrooge yang terus
berlari tidak menyadari bahwa semakin ia berlari, semakin ia menyusut menjadi
kecil, sekecil tikus. Scrooge yang sudah menjadi kecil itu lalu bersembunyi
pada sebuah saluran got yang kotor dan jorok. Namun, Scrooge kembali dikejar
oleh bayangan hitam kematian yang tidak kenal lelah untuk mendapatkan Scrooge.
Scrooge terlempar ke dalam got dan menyusuri saluran got yang licin karena
membeku. Scrooge terlempar jauh menuju dataran yang lebih rendah hingga ia
terjatuh ke dalam keranjang yang dibawa oleh pembantunya, Mrs. Dilber.
Di dalam
rumah Mrs. Dilber, Scrooge yang telah berubah menjadi kecil tersangkut pada
tirai tempat tidurnya yang diambil Mrs. Dilber dari rumahnya. Scrooge melihat
Mrs. Dilber dan suaminya sedang tertawa gembira karena berhasil menjarah
barang-barang layak pakai di rumahnya. Mrs. Dilber mengatakan pada suaminya
bahwa ia juga mengambil baju yang dikenakan Scrooge saat penguburannya.
Sadarlah Scrooge bahwa lelaki tua yang mati dengan hidup sendiri, yang dibicarakan
oleh bayangan 3 pria di dasar tangga itu adalah dirinya sendiri. Bayangan
kematian itu lantas mengajak Scrooge untuk melihat jenazah yang terbujur kaku
dan terbaring di tempat tidur kayu. Scrooge menawarkan kepada bayangan kematian
itu, apabila ada orang-orang yang berduka atas kematiannya, maka bayangan
kematian harus meloloskan ia dari maut. Ternyata, dalam suatu penglihatan lain,
Scrooge melihat bahwa orang-orang di kota itu semuanya gembira atas kematian
Scrooge, terutama orang-orang yang berhutang pada Scrooge. Scrooge sangat sedih
melihat penglihatan itu. Scrooge meminta lagi pada bayangan kematian, pasti ada
satu atau dua orang yang berduka atas kematiannya, entah itu anggota
keluarganya atau siapa pun. Scrooge minta diperlihatkan siapakah orang yang
sungguh-sungguh berduka akan kematiannya. Bayangan kematian menunjukkan
penglihatan, sebuah rumah dengan anggota keluarga yang berkumpul. Ternyata,
orang yang sangat berduka dan menangisi kematiannya tidak lain adalah
pegawainya sendiri, Bob Cratchit yang selama ini ia tekan terus untuk bekerja
keras, yang ia beri gaji tidak layak, dan yang ia remehkan sebagai rakyat
jelata. Dalam penglihatan itu, Scrooge melihat Bob berdoa sambil menangis,
sangat berduka dan mendoakan arwah Scrooge yang telah meninggal agar tenang.
Scrooge sangat malu dan menangis melihat hal ini dan meminta agar bayangan
kematian memberinya kesempatan untuk merubah sifat buruknya itu. Namun bayangan
kematian malah mengajak Scrooge ke areal pekuburan dan menunjukkan batu nisan
yang tertulis nama Ebenezer Scrooge. Scrooge berteriak-teriak dan menangis,
memohon agar bayangan kematian mengasihaninya dan memberinya kesempatan untuk
bertobat. Bayangan kematian menolaknya, Scrooge berusaha untuk kabur, tapi
kakinya malah tertancap dalam pusaran tanah yang semakin lama semakin dalam. Di
dalam pusaran tanah itu, Scrooge melihat sebuah peti mati kosong yang terbuka
lebar. Scrooge menjerit untuk memohon pada bayangan kematian agar
mengampuninya, tapi bayangan kematian melepaskan pegangan tangannya sehingga
Scrooge terjatuh ke dalam pusaran lubang tanah yang dalam itu.
Scrooge
terjatuh, dan ternyata ia sedang berada di kamarnya. Kakinya terikat pada tirai
tempat tidur. Scrooge melonjak-lonjak kegirangan dan menari-nari karena ia
berhasil kembali ke realitas hidupnya. Scrooge membuka jendela dan mensyukuri
keindahan pagi. Ia menyuruh seorang anak kecil pengangkut barang untuk membeli
kalkun ukuran besar di pasar dan mengantarnya ke rumah Bob Cratchit di Camden
Town. Scrooge bahkan membuat Mrs. Dilber yang sedang bekerja ketakutan dan
mengira bahwa Scrooge telah menjadi gila. Saking gembiranya, Scrooge meluncur
di jalanan yang membeku dengan berpegangan pada sebuah kereta kuda yang sedang
melaju kencang seraya meneriaki orang-orang yang hilir mudik di jalan.
Orang-orang yang melihat ini sangat heran dan terpukau. Siangnya, Scrooge
hendak pergi ke kantornya dan tak sengaja berpapasan dengan ketua badan amal
Gereja untuk fakir miskin. Scrooge menghampirinya, meminta maaf atas tindakan
kasarnya yang telah mengusir mereka dengan tidak hormat dan mengatakan bahwa
Scrooge akan menyumbangkan 50% hartanya kepada fakir miskin. Orang ini sangat
takjub dan gembira, seakan tidak percaya Scrooge mengalami perubahan dalam satu
malam. Bahkan Scrooge memberikan uang 2 Shilling kepada pengamen jalanan sambil
ikut menyanyikan lagu “joy to the world”. 2 Shilling adalah jumlah yang sangat
banyak saat itu, nilai 2 Shilling sama dengan 1 keping emas. Scrooge juga
melunaskan tanggungan orang-orang yang berhutang padanya. Malam harinya,
Scrooge pergi ke rumah keponakannya, Fred, untuk memenuhi undangan makan malam.
Keponakannya yang semula kaget terdiam saat Scrooge berkata bahwa ia ingin
makan malam bersama. Fred yang terdiam terpaku lantas bergembira menyambut
kedatangan pamannya itu dan mulai memperkenalkan Scrooge pada kawan-kawannya.
Mulailah mereka makan malam bersama dengan suasana gembira. Paginya, Scrooge
membuat kejutan kepada Bob Cratchit. Scrooge menyuruh Bob untuk mengambil cuti
Natal selama sepekan dan menaikkan gaji pegawainya itu 3 kali lipat. Scrooge menyuruh
Bob berbelanja kebutuhan Natal bagi seluruh keluarganya dan terutama bagi
anaknya yang cacat, Timmy. Bob sangat heran dengan perubahan Scrooge ini.
Bahkan Scrooge meminta kepada Bob agar ia bisa menjadi ayah kedua bagi anaknya
yang cacat itu. Akhir cerita, Scrooge berjalan menyusuri London dengan Timmy di
atas bahunya.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar