Rabu, 05 November 2014

Sinopsis Lengkap Film "The King's Speech"

The King’s Speech
UK Film Council – Meinstein Company
Awarding Funds From “The National Lottery”

Tahun 1925, raja George V dari kerajaan Britania Raya yang saat itu bertahta, meminta anaknya pangeran Albert Frederick Arthur George yang merupakan seorang Duke of York untuk memberikan pidato penutupan pameran kerajaan di stadion Wembley di London. Pangeran Albert yang saat itu bersiap di belakang panggung tampak gugup dengan ditemani istrinya, Elizabeth (kelak menjadi ratu Elizabeth – mengidap Pneumonia). Pangeran Albert adalah seorang yang gagap (Stammer/Stuttering). Ia nampak bingung dan kikuk di depan mikrofon sambil menunjukkan kegagapannya saat memberikan pidato di depan puluhan ribu orang, yang juga disiarkan ke seluruh negara persemakmuran Britania Raya menggunakan teknologi Radio. Kata-katanya kacau, seperti mengucapkan “God Save The King” menjadi “God s..s..sav...save t..t..the k..k..k..ki..king”. Akhirnya, dengan perasaan dongkol dan malu, pangeran Albert meneruskan pidatonya yang kacau balau itu.
Sepulang dari Wembley, pangeran Albert menuju dokter pribadi khusus kerajaan. Sang dokter menyarankan pangeran Albert untuk menghisap rokok agar tenggorokannya rileks. Selain itu, sang dokter juga meminta Albert untuk memasukkan beberapa kelereng ke dalam mulut hingga penuh sementara Ia juga harus membaca beberapa kalimat dalam buku. Mulanya Elizabeth meragukan metode ini, namun sang dokter berdalih bahwa itu adalah pendekatan klasik pada jaman Yunani kuno. Albert yang mengulum tujuh kelereng didalam mulutnya itu membaca kalimat dengan kesusahan. Dengan marah Ia membuang semua kelereng dalam mulutnya dan membentak sang dokter yang hampir-hampir membunuhnya dengan pengobatan yang aneh itu.
Elizabeth tak patah arang, Ia mencoba mencari tempat pengobatan yang dapat menyembuhkan kegagapan suaminya tersebut. Ia pergi ke Harley Street untuk menjumpai seorang terapis bicara yang bernama Lionel Logue yang direkomendasikan oleh presiden asosiasi terapi bicara, Eileen McCleod. Mulanya Logue tidak tahu bahwa Elizabeth adalah istri dari Albert yang merupakan seorang Duke of York sebab Elizabeth menyamar menjadi nyonya Johnson. Logue adalah seorang terapis bicara berumur 50 tahun keatas yang berasal dari Australia, dan juga seorang aktor teater. Ia mempunyai seorang istri dan 3 orang anak laki-laki. Logue membuka praktek terapi bicara dengan pendekatan modern ala Australia (sebab Ia berwarganegara Australia - Perth). Logue bersedia mengobati Albert dengan syarat bahwa proses terapi dilakukan di ruangan prakteknya dan tidak boleh ada perbedaan kasta saat berlangsungnya sesi terapi (equality). Elizabeth menyanggupi syarat ini tanpa memberitahu Albert terlebih dahulu. Malamnya, saat makan malam, Logue menceritakan pada keluarganya bahwa ia baru saja mendapat tamu istimewa, namun tidak diberitahukannya bahwa yang datang adalah seorang istri dari Duke of York.
Kembali menuju kediaman Albert, kedua anak perempuannya meminta Albert untuk membacakan sebuah dongeng. Dengan berat hati Albert menyanggupi permintaan anaknya itu. Dengan gagap ia menceritakan sebuah dongeng dengan judul “pinguin dan 2 orang putri”, dimana ia menggambarkan penguin itu sebagai dirinya sendiri yang merasa “terbatasi” untuk dapat bercengkerama dengan kedua anaknya karena kegagapannya tersebut. Setelah anaknya tidur, Elizabeth memberitahukan kepada Albert perihal terapis bicara baru yang Ia temukan yaitu Logue. Mulanya Albert menolak, namun ia terima juga karena tak tega melihat perjuangan istrinya dalam menyembuhkan kegagapannya tersebut. Sementara itu, Logue yang mendaftar untuk dapat masuk klub teater “Putney” ditolak oleh pemilik teater karena Ia dinilai sudah tua dan kurang berekspresi. Logue sangat kecewa saat ditolak, sebab menjadi seorang aktor teater adalah mimpinya dari dulu.
Keesokan harinya, Elizabeth mengajak Albert untuk segera melakukan sesi terapi bersama Logue. Setiba di rumah Logue, Elizabeth memperkenalkan Albert pada Logue. Elizabeth memberitahu Logue bahwa nama Johnson adalah nama samaran Albert saat berdinas di Angkatan Laut Kerajaan, agar musuh tidak mengetahui bahwa Albert adalah anak raja. Albert lalu masuk ke dalam ruangan praktek milik Logue, ia segera duduk di sofa sementara Logue duduk di kursi kayu menghadap Albert dengan jarak kurang lebih 3 meter. Dengan mimik muka yang sayu dan malas, Albert menjawab segala pertanyaan dari Logue. Saat Logue melontarkan lelucon dan menawarkan teh, Albert menolak dan meminta Logue untuk langsung memulai proses terapi. Saat Albert memanggil Logue dengan sebutan dokter, Logue menolak dan meminta Albert untuk memanggil nama saja. Giliran Logue yang bertanya kepada Albert, dengan apakah Albert akan dipanggil. Albert meminta Logue untuk menggunakan panggilan “Yang Mulia” lalu diikuti “Sir” dan kemudian namanya. Logue menolak dan menawarkan untuk memanggil Albert dengan sebutan “Bertie”. Albert marah karena Logue tidak menunjukkan sikap hormat dan kesantunan kepada dirinya yang merupakan anak raja.
Logue kemudian menjelaskan batasan dalam sesi praktek yang memang sudah disetujui oleh Elizabeth. Yaitu bahwa dalam masa pengobatan, Logue dan Albert adalah setara dan tidak dibedakan dalam hal apapun, baik status sosial maupun status hirarkis agama (sebab Albert adalah anak dari raja Inggris yang merupakan kepala gereja Anglikan). Dengan perasaan dongkol, Albert akhirnya terpaksa menuruti syarat dari Logue ini. Tak lama, Albert mengeluarkan rokok dari sakunya dan hendak merokok, namun dicegah oleh Logue. Logue bertanya kepada Albert mengapa Ia merokok padahal merokok itu merusak kesehatan. Albert mengatakan bahwa itu adalah rekomendasi dari dokter kerajaan untuk merelaksasi tenggorokannya. Tak disangka, Logue mengatakan pada Albert bahwa semua dokter kerajaan yang sudah bergelar ksatria (Knight) adalah sekumpulan orang bodoh yang lebih mempercayai mitos kuno. Singkatnya, Albert menjawab semua pertanyaan Logue dalam sesi terapi dengan tergagap-gagap.
Saat Logue bertanya kepada Albert mengenai kapan Ia mengalami kegagapan, Albert menjawab bahwa Ia sudah gagap semenjak lahir. Logue tidak percaya dan meminta Albert untuk jujur. Albert yang marah karena merasa privasinya disinggung-singgung segera membentak Logue dengan nada yang keras dan kata-kata yang kasar. Anehnya, saat Albert memaki atau mengucapkan kata-kata kasar, sama sekali tidak terbata-bata dan sangat lancar. Logue meminta Albert untuk sabar dan tenang dalam menjawab pertanyaan yang Ia ajukan. Albert mengatakan bahwa Ia gagap saat berumur 4-5 tahun. Logue akhirnya mengajak Albert untuk bertaruh masing-masing 1 Shilling. Logue bertaruh bahwa Ia bisa membuat Albert lancar bicara hanya dalam waktu 5 menit. Logue meminta Albert untuk membaca sebuah buku sementara telinganya dipakaikan earphone pada pemutar piringan hitam yang menyetel lagu klasik. Sementara Albert mendengarkan lagu, Albert membaca beberapa kalimat dalam buku yang kemudian percakapannya direkam oleh Logue pada sebuah piringan hitam. Albert yang mulai merasa sesi pengobatan ini sia-sia segera pergi dari tempat praktek Logue. Sebelum pergi, Logue memberikan piringan hitam hasil rekaman suara Albert sebagai suvenir.
Saat Albert pulang ke Buckingham Palace, Ia dimarahi ayahnya, raja George V, karena tidak berusaha untuk menghilangkan kegagapannya. Selain itu, ayahnya sangat berharap Albert akan menjadi penerus tahta kerajaan Inggris. Hal ini disebabkan karena kakak Albert, David, berkelakuan amoral yaitu menjalin hubungan gelap dengan istri orang dan sudah barang tentu skandal ini tidak layak bagi seorang calon raja. Malamnya, Albert mencoba memutar piringan hitam yang diberikan Logue, yaitu rekaman suaranya sendiri. Albert dan Elizabeth sangat terkejut karena suara dalam rekaman piringan hitam itu adalah suara Albert yang sangat lancar, gagah, dan teratur layaknya seorang penyiar. Keesokan harinya, Albert dan Elizabeth kembali menjumpai Logue dan berjanji akan menuruti segala prasyarat Logue dalam keseluruhan sesi pengobatan. Maka dimulailah proses terapi yaitu dengan merelaksasi tenggorokan, memperkuat otot lidah dan diafragma, serta melatih artikulasi dengan kalimat yang cepat. Cara Logue memberikan terapi cukup unik yaitu dengan meminta Albert mengucapkan kalimat sambil melompat-lompat, mengucapkan kalimat sambil menggumam-gumam, bernyanyi sambil menari, mengucapkan kalimat sambil berguling-guling di lantai, berteriak keras-keras keluar jendela, dan bahkan mengucapkan kalimat sambil melakukan sit-up.
Sandringham Palace (kediaman raja dan ratu) tahun 1936 pada musim dingin, Albert bertemu kakaknya, David. David adalah anak tertua dari raja George V, namun memiliki tabiat yang buruk yaitu menjalin hubungan gelap dengan istri orang. David bahkan meminta kekasihnya itu, Wallis Simpson, untuk menceraikan suaminya dan segera menikah dengannya. Tentu saja hal ini adalah skandal, sebab wanita yang sudah bercerai tidak boleh menikah dengan anggota keluarga kerajaan. Sementara itu, kondisi kesehatan raja kian hari kian memburuk. Oleh sebab itu, kekuasaan kerajaan sementara akan dipegang oleh dewan kerajaan (Custos Regni) sampai kesehatan raja pulih. Seluruh anggota keluarga kerajaan pada malam itu berkumpul di Sandringham Palace. Tak disangka, saat akan jamuan makan malam, raja George V wafat secara tiba-tiba. Dengan demikian, pada malam itu juga, David otomatis menjadi raja Britania Raya yang selanjutnya. Hal ini menjadi dilema bagi Albert dan seluruh anggota kerajaan, mengingat tabiat David yang amoral. Namun bagi Albert, hal ini adalah anugerah. Sebab Ia memang tidak mau menjadi raja menggantikan kakaknya. Ia membayangkan bagaimana nasib kerajaan Britania Raya yang agung apabila memiliki seorang raja yang gagap dan tak pandai berpidato seperti dirinya.
Keesokan harinya, Albert pergi menuju rumah Logue dan ingin mengajak Logue mengobrol. Logue menceritakan bahwa dahulu, ayahnya adalah pembuat bir. Logue lantas mengajak Albert untuk bernyanyi, namun Albert menolak. Logue kemudian mengatakan kepada Albert bahwa saat menyanyi, Albert sama sekali tidak menunjukkan kegagapan. Logue meminta Albert untuk memberikan nada apabaila Albert sedang berbicara (seperti mendendangkan lagu). Disini, Albert mulai menuangkan seluruh unek-uneknya kepada Logue yaitu Albert yang dahulu sering diejek oleh David saat Ia berumur 4 tahun dengan sebutan “bu-bu-bu-bu-Berty”. Albert menceritakan bahwa ia sebenarnya adalah seorang yang kidal, namun karena dimarahi oleh ayahnya dan sering dihukum (punishment), maka ia terpaksa menggunakan tangan kanannya. Albert bahkan menceritakan masa kecilnya yang pernah mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari pengasuhnya yang selalu melakukan kekerasan fisik padanya seperti mencubit, menjewer, dan menghukumnya dengan tidak memberikan makan malam apabila Albert nakal. Hal ini dikarenakan sang pengasuh lebih menyayangi David daripada Albert, hingga berlangsung selama 3 tahun. Akibatnya hingga saat ini, Albert pun mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Albert juga menceritakan adiknya, Johnie, yang meninggal di usia 3 tahun karena serangan epilepsi. Pihak kerajaan menyembunyikan kenyataan ini karena menyangkut martabat kerajaan, padahal Albert sangat menyayangi adiknya tersebut.
Sepulang dari rumah Logue, Albert dan Elizabeth berkunjung ke rumah David di Kastil Balmoral di Skotlandia. Albert sangat terkejut mendapati David sedang mengadakan pesta minuman keras dengan kekasihnya yang masih bersuami. David mengundang seluruh anggota parlemen seperti PM Sir Baldwin dan panglima angkatan bersenjata Sir Winston Churcill. Lebih terkejut lagi saat Albert mendapati kabar bahwa David memecat 80 karyawan di Sandringham untuk menghemat anggaran yang nantinya akan dipakai membangun rumah pribadi bagi dirinya dan Wallis saat menikah. Albert sangat marah mengetahui hal ini yang tentu saja melecehkan gereja Anglikan dan kerajaan. Namun oleh David, kemarahan Albert dianggapnya sebagai langkah kudeta untuk menurunkan dirinya dari tahta kerajaan. David lantas mengulangi kembali ejekan yang dulu ia lontarkan kepada Albert yaitu “bu-bu-bu-bu-Berty”. Albert yang merasa marah dan dongkol segera pulang kembali.
Sepulang dari rumah David, Albert pergi ke rumah Logue untuk menuangkan unek-uneknya. Logue meminta Albert untuk melepaskan bebannya, bahkan jika Ia mau, dengan mengucapkan kata-kata makian dan sumpah serapah. Mulanya Albert tidak mau, mengingat Ia adalah orang yang terhormat. Namun, karena emosi yang benar-benar  sudah memuncak, Albert pun mengeluarkan kata-kata makian ataupun sumpah serapah dengan berteriak seperti “Shit”, “Bloody Hell”, “Ass”, dan “Fuck” secara berulang-ulang dengan emosi yang membara. Saat mengucapkan kata-kata makian ini, Albert sama sekali tidak gagap dan sangat lancar mengucapkan kata demi kata. Setelah Albert puas dengan pelampiasannya, Logue mengajak Albert jalan-jalan ke taman. Di taman, Logue menyarankan Albert untuk menjadi raja menggantikan David. Hal ini dilakukan supaya kehormatan kerajaan tidak luntur dan kewibawaan kerajaan tetap dijunjung tinggi. Jika tidak, maka kerajaan Inggris akan rapuh karena kepercayaan rakyat dan angkatan bersenjata kepada raja hilang. Otomatis, Inggris tidak akan mampu menghadapi serangan dari Nazi Jerman dan Kamerad Stalin dari Rusia yang mengancam Inggris untuk berperang. Mendengar saran dari Logue, Albert marah dan menganggap Logue adalah pengkhianat negara dengan menghasut dirinya untuk melakukan kudeta. Albert pun pergi meninggalkan Logue seorang diri. Logue berusaha untuk meminta maaf kepada Albert dan pergi ke rumah Albert, namun Ia ditolak oleh protokoler istana dengan dalih bahwa Albert sedang sibuk.
Ternyata, di dalam rumah kediaman Albert, Sir Winston Churcill memiliki pendapat yang sama dengan Logue yaitu menyarankan Albert untuk menjadi raja menggantikan David dan mengambil nama menjadi Raja George ke-VI. Begitu pula dengan PM Sir Baldwin yang akhirnya mengesahkan keputusan untuk memakzulkan David dari posisinya sebagai raja, sehingga dengan demikian Albert pun naik tahta menggantikan kakaknya itu. Albert akhirnya dilantik secara parlementer sebagai raja Inggris dengan nama Raja George ke-VI. Malam hari setelah dilantik secara parlementer, Albert menangis tersedu-sedu disamping istrinya. Ia mengeluhkan dirinya yang tidak tahu apa-apa mengenai urusan kerajaan dan menyesali dirinya sebagai orang yang gagap dan bodoh. Singkatnya, Albert tidak mau menjadi raja Inggris. Elizabeth berusaha menguatkan suaminya agar tabah dan kuat menghadapi cobaan ini.
Untuk menenangkan Albert, Elizabeth mengajaknya menuju rumah Logue. Istri Logue, Myrtle, yang sama sekali tidak tahu apa-apa sangat terkejut saat mengetahui bahwa pasien yang selama ini dirawat oleh suaminya adalah seorang Duke of York dan seorang raja Inggris. Disini, Albert meminta maaf kepada logue dan mengatakan bahwa apa yang selama ini dikatakan Logue adalah benar. Mulanya Albert mengira bahwa Logue adalah seorang penjilat, namun hal itu tidak terbukti sebab Logue benar-benar seorang yang cinta akan negaranya (Australia masih masuk dalam kerajaan Inggris/Brittain Commonwealth). Albert menyampaikan keluhannya pada Logue karena Ia akan menjadi raja yang paling bodoh dalam sejarah kerajaan Inggris. Logue tidak setuju, Logue berusaha membangun motivasi Albert dengan mengatakan bahwa Albert adalah satu-satunya pasien paling tegar yang pernah ditemuinya.
Konflik ketidakpercayaan antara Albert dan Logue terjadi saat mereka berdua meninjau persiapan penahbisan raja di gereja Westminster Abbey. Albert mempertanyakan kredibilitas Logue sebagai terapis yang tidak mempunyai ijazah, sertifikat, ataupun lisensi yang mendukung profesinya tersebut namun tetap membuka praktek. Louge mengatakan bahwa Ia memang bukan seorang dokter ataupun ahli terapis pada umumnya. Ia adalah seorang aktor teater dan guru deklamasi yang mengajar di sekolah menengah. Pengalamannya saat melihat tentara yang pulang dari medan perang dengan berbagai macam kecacatan membuat Ia akhirnya menjadi berpengalaman menangani veteran yang sulit berbicara karena stress dan tekanan fisik di medan perang. Para tentara akhirnya dapat sembuh dan dapat berbicara dengan normal kembali karena terapi yang diberikan oleh Logue. Terapi yang diberikan adalah memberikan motivasi, harapan hidup, dan terapi kepercayaan, yaitu terapi yang membuat seseorang yakin bahwa orang lain mendengarkan dia dan selalu mendukungnya.
Albert masih belum yakin bahwa dirinya adalah raja yang baik dan benar. Merasa jenuh, akhirnya Logue pun duduk di kursi raja. Albert yang melihat hal ini menjadi marah dan meminta Logue berdiri dari kursi atas nama kerajaan, sebab itu adalah kursi kerajaan dan hanya boleh diduduki oleh raja beserta ratu Inggris. Logue kembali bertanya kepada Albert, bukankah Ia tidak mau menjadi raja? Lalu mengapa Ia marah begitu Logue menduduki kursi ini? Dan mengapa pula Ia meminta Logue berdiri atas nama kerajaan? Albert hanya terdiam begitu mendengar perkataan Logue ini. Albert akhirnya sadar dan mau dilantik menjadi raja Inggris dengan penuh keyakinan. Singkat kata, Albert dilantik secara adat keagamaan dan adat kerajaan oleh Uskup Agung Canterburry. Saat menonton siaran ulang pada layar, Albert tak sengaja melihat video Adolf Hitler yang sedang berpidato dengan berapi-api di depan puluhan ribu orang yang mendengarkannya. Albert sangat terpukau, kagum, dan merasa sedikit iri dengan Hitler yang pandai berbicara dan berpidato sehingga dapat mengumpulkan banyak pengikut setia.

Tiba saatnya Albert harus memberikan pidato kepada seluruh rakyat Inggris melalui radio terkait tantangan perang yang dilancarkan oleh Nazi Jerman kepada kerajaan Inggris. Albert yang masih “trauma” dan gugup dengan kegagalan sebelumnya (waktu di Stadion Wembley) meminta ajudannya untuk memanggil Logue segera menuju ke Buckingham Pallace. Setibanya di Buckingham, Logue segera melakukan latihan kilat bersama Albert dengan waktu kurang dari 40 menit. Logue meminta Albert untuk mendendangkan isi pidato tersebut sambil menari-nari. Albert melakukan hal ini dan mulai menghafal kata demi kata dalam isi pidato. Seluruh jajaran parlemen Inggris yang ada di Buckingham Pallace pun memberikan dukungan moril kepada Albert. Tiba waktu siaran, Albert terdiam selama kurang lebih 15 detik saat sedang mengudara. Logue yang juga ada dalam ruang siaran mendampingi Albert dengan komunikasi non-verbalnya seperti mimik muka, gesture tubuh, dan gerakan bibir. Albert merasa tenang dan dapat mengucapkan seluruh isi pidato dengan baik dan benar tanpa tergagap-gagap sedikitpun. Inggris menyatakan untuk menerima tantangan perang Nazi Jerman. Setelah selesai siaran, Albert mendapatkan sambutan yang luar biasa dari seluruh jajaran parlemen Inggris, tak terkecuali oleh Elizabeth dan kedua anaknya. Hingga akhirnya Albert dan seluruh keluarganya menuju balkon istana dan menyambut ribuan masyarakat yang telah berkumpul di lapangan Buckingham Pallace. Akhir cerita, Logue akhirnya dilantik dan diberi gelar “Knight of Royal Servant” untuk mendampingi Albert di setiap pidato dan acara resmi kenegaraan. Logue pun menjadi sahabat dekat Albert hingga Albert tutup usia. Berkat Logue, Albert yang bergelar “King George the Sixth” menjadi simbol perlawanan dan kekuatan rakyat Inggris pada saat Perang Dunia II.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya